Jumat, 03 Oktober 2014

Menyingkirkan Sifat Iri dan Dengki (Hasad)



Suatu lingkungan kehidupan atau dalam satu komunitas warga pasti memiliki adat, karakter, tata cara kebiasaan bergaul atau komunikasi yang berbeda.  Disebabkan karena asal daerah atau lingkungan tempat dilahirkan yang berbeda atau memang mempunyai keturunan yang berbeda wataknya.  Tidak menutup kemungkinan antar individu menjadi beragam dan bermacam pula tingkah lakunya.  Ini yang menimbulkan sifat-sifat dasar manusia yang berbeda-beda seperti perangai, temperamen, penyabar, pembangkang dan lain sebaginya. 

Begitu pula dalam memandang orang lain, antar individu pasti saling memiliki pandangan dan pikiran yang lain-lain.  Disinilah pasti ada salah sangka terhadap keberadaan orang lain, seperti menyangka orang itu kaya, senang, serba kecukupan dan sebagainya.  Dari sini maka timbullah yang namanya level atau derajat seseorang dilihat dari perbedaan ekonomi dan kedudukan.  Disamping itu ada pula komunitas lingkungan tempat bekerja, tempat kuliah, tempat usaha (pasar), atau organisasi lainnya.  Dengan terjadinya pergaulan dan jalinan komunikasi maka banyak hal yang bisa diambil manfaat dan hikmahnya.  Tapi jangan salah, tidak sedikit pula timbul ekses negatif diantara interaksi komunitas yang ada, seperti kecemburuan sosial.  Itu ditimbulkan dari keberagaman eksistensi individu, seperti adanya level kedudukan jabatan, perbedaan penghasilan, pekerjaan yang berat atau ringan, terrmasuk diantaranya perintah dan memerintah atau atasan bawahan.

Itu akan menimbulkan gejolak di masing-masing hati individu meskipun kebanyakan tidak tampak.  Dan biasanya semua menyadari keberadaan diri sendiri dari kedudukan jabatan, ilmu pengetahuan, dan taraf penghasilan.  Tapi ada pula yang menggerutu seperti tidak puas dengan keberadaan dirinya.  Nah inilah yang akan menimbulkan sifat-sifat yang tidak terpuji seperti iri, dengki (hasad) kepada orang lain.  Sifat ini pula yang seterusnya merembet ke arah fitnah, adu domba, provokasi  (menghasut) karena ketidakpuasan dan ketidakmampuan pada diri sendiri, akhirnya mencelakakan orang lain.  Apalagi saling panas memanasi dalam hal main perempuan bahkan perjudian yang notabene sudah perbuatan dosa.
   
Semuanya seperti hal yang lumrah, dan fenomena ini terjadi di semua lingkungan komunitas kehidupan.  Tidak luput pula di kehidupan level-level atas, seperti selebriti, kalangan jetset, lingkungan elit, pejabat tinggi Negara juga pasti mengalami hal seperti ini.  Memang setiap lingkungan dimanapun adanya tidak akan luput dari segala tindak-tanduk gosip, gunjingan, umpatan, yang mengarah kepada sifat-sifat iri dan dengki.  Namun demikian manusia mempunyai agama yang perlu kita anut dan ditaati segala ajarannya, dan tidak perlu takut pula dalam menghadapi orang yang hasad kepada kita.

Untuk sebagian orang kadang suka tidak terbendung, sehingga sifat-sifat itu melekat sukar dihilangkan.  Ini tergantung pula pada pendidikan agama semasa kecilnya, karena akan sangat mempengaruhi jiwa dan tabiat seseorang.  Tidak sedikit pula orang yang sedikit-sedikit panas dengan keberadaan  materi, prestasi, dan keberhasilan orang lain.  Hal ini menandakan adanya kesenjangan di setiap sudut kehidupan meyebabkan watak asli seseorang muncul dari keadaan itu.  Yang pada akhirnya akan ada ekses tidak baik terhadap pikiran dan pandangannya.  Akan lebih parah lagi dari sifat iri dengki menimbulkan hasutan sampai fitnah yang bisa menimbulkan petaka terhadap orang lain.

Nah bagi anda yang masih punya sifat mudah terpanasi, terpancing, terprovokasi dengan keberadaan orang lain, mari kita sama-sama mengekang diri supaya hal itu tidak menjadi lebih parah lagi menjadi sifat hasad.  Untuk itu perlu adanya tasyakur dan tafakur diri kepada Allah supaya segala sesuatu yang kita miliki bisa mencukupkan lahir bathin.  Diantaranya ada hal-hal yang perlu dilakukan supaya sifat-sifat iri dengki ini menyingkir dari diri kita, karena hal ini merupakan penyakit hati yang sukar sekali dihilangkan.  Saya coba menyampaikan beberapa cara supaya sifat ini tidak dekat dengan diri kita, sebagai berikut:

1.   Ingatlah bahwasanya sifat iri dan dengki (hasad) termasuk penyakit hati yang sukar sekali disembuhkan.  Hasad merupakan satu kejahatan (Q.S. Al-Falaq 5) yang akan merusak diri sendiri dan juga orang lain.  Untuk itu berusaha sabar dan sadar atas segala kekurangan yang ada dan segera tutupi dengan kelebihan yang dimiliki.  Dengan demikian setiap melihat kelebihan orang lain maka kita akan segera memperbaiki kekurangan diri dan mengejar prestasi untuk mencapai apa yang diinginkan.  Sehingga sifat iri dengki ini akan menyingkir dari pikiran dan diganti dengan sering bersyukur dengan apa yang dimiliki.

2.   Jangan terpancing, mudah terpanasi oleh keberadaan atau omongan orang lain, karena inilah cikal bakal datangnya sifat iri dan dengki.  Kalau orang yang kurang beriman niscaya akan sangat mudah timbul pikiran-pikiran hasut untuk mencelakakan orang lain.  Ini semua tidak ada gunanya bahkan mudlarat serta membuang-buang waktu dan energi.  Lakukanlah hal yang positif yang anda bisa sehingga pikiran-pikiran negatif enyah dari benak anda.  Dan senantiasa berpikir untuk kemajuan diri sendiri tanpa berpikir keberadaan orang lain.

3.  Menjauhkan diri dari obrolan-obrolan yang kurang berguna dengan orang lain terutama yang menggunjing dan mengumpat, karena itu akan mendatangkan sifat panas.  Lebih baik mengisi waktu dengan pekerjaan sendiri yang lebih berguna dan fokus tidak terganggu dengan pikiran yang lain.  Sehingga punya keteguhan hati dalam menentukan langkah dan pemikiran-pemikiran tentang orang lain

4.   Menikmati dan mensyukuri apa yang dimiliki, sehingga tidak menimbulkan keinginan yang bukan-bukan atau yang orang lain miliki.  Dengan demikian hati tetap sejuk, damai, nyaman dengan keadaan diri sendiri.  Apa yang dimiliki itu yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya guna bagi diri sendiri dan keluarga.  Efeknya sangat baik, tidak selalu berpikir tentang hal yang dimiliki orang lain, sehingga pikiran jadi jernih tanpa gangguan.

5.    Menjadikan kelebihan atau kepemilikan orang lain sebagai panutan atau contoh baik yang harus ditiru.  Berusaha belajar dari keberhasilan orang lain, segera tutupi kelemahan yang ada dengan memulai pekerjaan.  Dan tanamkan sikap yakin pada diri sendiri bahwa kita juga bisa mengejar ketinggalan dari orang lain.  Karena apapun yang kita kerjakan pasti ada hasil yang didapat, cuma yang membedakan adalah besar kecilnya.

Demikian kiranya yang bisa saya sampaikan mudah-mudah ada manfaat dan hikmah yang bisa diambil, terima kasih atas kunjungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar