Selasa, 09 Desember 2014

Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong



Pada dasarnya manusia mempunyai sifat-sifat yang sudah bawaan dari lahir, tapi ada pula yang timbul dari keadaan dan lingkungan hidup dimana dia tinggal.  Karakter atau sifat dasar manusia memang berbeda-beda setiap orang.  Dikatakan baik apabila dia mempunyai sifat yang tidak mengganggu dan merusak  lingkungan, bisa secara moril maupun materil.  Juga diantara sesama manusia tidak terjadi saling benturan dan bentrokan secara fisik maupun secara psikhis.  Ini akan mengakibatkan ketidaknyamanan lingkungan sosial dimana terdapat tempat tinggal komunitas warga atau kelompok masyarakat.  

Dari sekian banyak sifat-sifat manusia, kita mengenal adanya sifat yang baik dan sifat buruk.  Semua sifat itu tampak apabila seseorang berada di tengah lingkungan banyak orang.  Sehingga  apabila sifat buruk itu muncul maka sekonyong-konyong orang banyak akan menilai tidak baik bahkan langsung tidak menyukainya.  Tapi apabila itu hal yang baik, tidak akan terjadi sesuatu hal yang luar biasa dan dianggapnya suatu hal yang lumrah.

Salah satu sifat yang dianggap buruk adalah sifat sombong atau angkuh.  Sifat ini biasanya dimiliki orang yang merasa dirinya lebih dari orang lain seperti takabur ataupun riya.  Misalnya merasa mempunyai kelebihan materi, ilmu, keterampilan, uang dan sebagainya.  Disamping itu menganggap rendah orang lain yang dianggap kurang darinya.  Ini biasanya ditunjukkan dengan tingkah laku yang menyinggung perasaan orang lain dan perkataan yang kurang enak didengar.  Bagi sebagian orang memang ada yang tidak peduli dengan apa yang dilakukan orang seperti itu.  Kadang juga itu tidak menjadikan suatu hal yang mengganggu, tapi bagi suatu komunitas masyarakat menjadi gunjingan dan dianggapnya mempunyai tabiat yang jelek.  

Nah ini semua memang pernah terjadi kepada semua orang, karena apapun yang ada pada diri manusia pasti ada kelebihan dan kekurangan, tergantung bagaimana kita memanfaatkan kelebihan-kelebihan kita.  Setiap orang pasti pernah mengagung-agungkan diri sendiri dengan kelebihan yang dimilikinya, tapi ada yang berlebihan dan ada pula yang wajar-wajar saja.  Biasanya yang berlebihan itu yang dikatakan sombong dan merasa diri paling wah diantara orang-orang sekitar.

Merasa diri lebih dan menganggap rendah orang lain, sikap egois atau arogan, tidak ramah di lingkungan sekitar, petantang-petenteng merasa diri jago, merupakan contoh-ontoh sifat dan sikap sombong yang ada pada diri manusia.  Semuanya terjadi begitu saja sesuai dengan keadaan dan situasi orang-orang lingkungan sekitar.  Tapi dibalik itu apabila kita mau membiasakan bijak dan merendah dalam setiap masalah, maka semua sifat-sifat sombong itu bisa dihindari.

Dan lebih jelasnya saya coba menjabarkan cara untuk menjauhi sifat-sifat sombong sebagai berikut:
1.   Harus senantiasa sadar bahwa segala yang ada pada manusia adalah semua pemberian dan ciptaan Allah Swt.  Disamping harus bersyukur dari segala anugerah yang telah dilimpahkan-Nya, dengan jalan selalu beribadah kepada-Nya, karena siapa orang yang tidak mau menyembah kepada-Nya maka itulah salah satu tanda orang yang sombong dimuka bumi ini.  Dengan begitu setiap kita merasa memiliki kelebihan harus ingat bahwa semua adalah hanya titipan yang harus dipelihara dengan baik.   Manusia hanyalah makhluk yang cuma singgah di dunia ini, sebelum menginjak ke alam baqa.  Dan rasanya tidak ada yang perlu disombongkan, karena sebenarnya manusia itu tidak punya apa-apa, apabila sudah waktunya menghadap Sang Ilahi maka semua yang dimiliki di dunia ini tidak akan dibawa ke alam kehidupan selanjutnya.

2.   Coba dibiasakan introspeksi diri dalam setiap mengerjakan sesuatu, pasti semua ada kekurangan yang perlu diperbaiki.  Itu tandanya manusia tidak mempunyai kesempurnaan dalam setiap hal.  Apabila dihubungkan dengan kemampuan manusia dalam membuat sesuatu, rasanya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan semua ciptaan Allah Swt.  Makanya perlu koreksi diri dan terus memperbaiki kualitas potensi dengan selalu belajar juga dari kemampuan orang lain lingkungan sekitar.

3. Diusahakan selalu menghargai keberadaan orang lain, jangan pernah meremehkan atau merendahkan orang lain dalam segala hal, karena itu yang akan memancing kesombongan dan merasa diri lebih dari yang lain.   Perbedaan kaya-miskin, pintar-bodoh, besar-kecil, rupawan-jelek, bukan berarti harus merasa diri bangga dan diagung-agungkan.  Tapi harus disyukuri dan dipelihara sebagai amanat yang harus dijaga.  

4.  Dalam semua pergaulan harus menjaga pembicaraan dan perilaku, seperti merasa diri paling bisa, merasa diri punya ilmu kanuragan, sering menepuk dada, merasa paling berjasa, merasa paling berhasil, menandakan bahwa dirinya paling hebat dan sebagainya.  Hal itu akan memberi kesan kepada orang lain seorang yang besar kepala dan takabur.  Sebenarnya itu pula cikal bakal dari yang dikatakan sombong atau arogan.  

5.  Buatlah roman mimik yang ramah, selalu menyapa orang lain ketika ketemu bilamana perlu bersalaman, buat orang di sekitar merasa nyaman, berusaha antusias untuk menjawab apabila ada orang lain yang bertanya apapun.  Semua itu merupakan tata cara pergaulan yang membuat semua orang merasa damai dan kekeluargaan.  Tidak tertutup kemungkinan segala perselisihan, bentrokan, bahkan jotos-jotosan antar sesama manusia akan bisa diminimalisir dengan tata krama seperti itu.  

Apabila semua orang  mau melakukan seperti yang dijabarkan di atas, maka insya Allah akan terdapat keselarasan dari segala tingkatan pergaulan di masyarakat.  Karena sifat dan sikap sombong merupakan jiwa manusia yang tidak disukai oleh Allah Swt dan juga oleh manusia lainnya.  Marilah kita semua untuk senantiasa bijaksana dan selalu rendah hati terhadap sesama manusia.

Jumat, 03 Oktober 2014

Menyingkirkan Sifat Iri dan Dengki (Hasad)



Suatu lingkungan kehidupan atau dalam satu komunitas warga pasti memiliki adat, karakter, tata cara kebiasaan bergaul atau komunikasi yang berbeda.  Disebabkan karena asal daerah atau lingkungan tempat dilahirkan yang berbeda atau memang mempunyai keturunan yang berbeda wataknya.  Tidak menutup kemungkinan antar individu menjadi beragam dan bermacam pula tingkah lakunya.  Ini yang menimbulkan sifat-sifat dasar manusia yang berbeda-beda seperti perangai, temperamen, penyabar, pembangkang dan lain sebaginya. 

Begitu pula dalam memandang orang lain, antar individu pasti saling memiliki pandangan dan pikiran yang lain-lain.  Disinilah pasti ada salah sangka terhadap keberadaan orang lain, seperti menyangka orang itu kaya, senang, serba kecukupan dan sebagainya.  Dari sini maka timbullah yang namanya level atau derajat seseorang dilihat dari perbedaan ekonomi dan kedudukan.  Disamping itu ada pula komunitas lingkungan tempat bekerja, tempat kuliah, tempat usaha (pasar), atau organisasi lainnya.  Dengan terjadinya pergaulan dan jalinan komunikasi maka banyak hal yang bisa diambil manfaat dan hikmahnya.  Tapi jangan salah, tidak sedikit pula timbul ekses negatif diantara interaksi komunitas yang ada, seperti kecemburuan sosial.  Itu ditimbulkan dari keberagaman eksistensi individu, seperti adanya level kedudukan jabatan, perbedaan penghasilan, pekerjaan yang berat atau ringan, terrmasuk diantaranya perintah dan memerintah atau atasan bawahan.

Itu akan menimbulkan gejolak di masing-masing hati individu meskipun kebanyakan tidak tampak.  Dan biasanya semua menyadari keberadaan diri sendiri dari kedudukan jabatan, ilmu pengetahuan, dan taraf penghasilan.  Tapi ada pula yang menggerutu seperti tidak puas dengan keberadaan dirinya.  Nah inilah yang akan menimbulkan sifat-sifat yang tidak terpuji seperti iri, dengki (hasad) kepada orang lain.  Sifat ini pula yang seterusnya merembet ke arah fitnah, adu domba, provokasi  (menghasut) karena ketidakpuasan dan ketidakmampuan pada diri sendiri, akhirnya mencelakakan orang lain.  Apalagi saling panas memanasi dalam hal main perempuan bahkan perjudian yang notabene sudah perbuatan dosa.
   
Semuanya seperti hal yang lumrah, dan fenomena ini terjadi di semua lingkungan komunitas kehidupan.  Tidak luput pula di kehidupan level-level atas, seperti selebriti, kalangan jetset, lingkungan elit, pejabat tinggi Negara juga pasti mengalami hal seperti ini.  Memang setiap lingkungan dimanapun adanya tidak akan luput dari segala tindak-tanduk gosip, gunjingan, umpatan, yang mengarah kepada sifat-sifat iri dan dengki.  Namun demikian manusia mempunyai agama yang perlu kita anut dan ditaati segala ajarannya, dan tidak perlu takut pula dalam menghadapi orang yang hasad kepada kita.

Untuk sebagian orang kadang suka tidak terbendung, sehingga sifat-sifat itu melekat sukar dihilangkan.  Ini tergantung pula pada pendidikan agama semasa kecilnya, karena akan sangat mempengaruhi jiwa dan tabiat seseorang.  Tidak sedikit pula orang yang sedikit-sedikit panas dengan keberadaan  materi, prestasi, dan keberhasilan orang lain.  Hal ini menandakan adanya kesenjangan di setiap sudut kehidupan meyebabkan watak asli seseorang muncul dari keadaan itu.  Yang pada akhirnya akan ada ekses tidak baik terhadap pikiran dan pandangannya.  Akan lebih parah lagi dari sifat iri dengki menimbulkan hasutan sampai fitnah yang bisa menimbulkan petaka terhadap orang lain.

Nah bagi anda yang masih punya sifat mudah terpanasi, terpancing, terprovokasi dengan keberadaan orang lain, mari kita sama-sama mengekang diri supaya hal itu tidak menjadi lebih parah lagi menjadi sifat hasad.  Untuk itu perlu adanya tasyakur dan tafakur diri kepada Allah supaya segala sesuatu yang kita miliki bisa mencukupkan lahir bathin.  Diantaranya ada hal-hal yang perlu dilakukan supaya sifat-sifat iri dengki ini menyingkir dari diri kita, karena hal ini merupakan penyakit hati yang sukar sekali dihilangkan.  Saya coba menyampaikan beberapa cara supaya sifat ini tidak dekat dengan diri kita, sebagai berikut:

1.   Ingatlah bahwasanya sifat iri dan dengki (hasad) termasuk penyakit hati yang sukar sekali disembuhkan.  Hasad merupakan satu kejahatan (Q.S. Al-Falaq 5) yang akan merusak diri sendiri dan juga orang lain.  Untuk itu berusaha sabar dan sadar atas segala kekurangan yang ada dan segera tutupi dengan kelebihan yang dimiliki.  Dengan demikian setiap melihat kelebihan orang lain maka kita akan segera memperbaiki kekurangan diri dan mengejar prestasi untuk mencapai apa yang diinginkan.  Sehingga sifat iri dengki ini akan menyingkir dari pikiran dan diganti dengan sering bersyukur dengan apa yang dimiliki.

2.   Jangan terpancing, mudah terpanasi oleh keberadaan atau omongan orang lain, karena inilah cikal bakal datangnya sifat iri dan dengki.  Kalau orang yang kurang beriman niscaya akan sangat mudah timbul pikiran-pikiran hasut untuk mencelakakan orang lain.  Ini semua tidak ada gunanya bahkan mudlarat serta membuang-buang waktu dan energi.  Lakukanlah hal yang positif yang anda bisa sehingga pikiran-pikiran negatif enyah dari benak anda.  Dan senantiasa berpikir untuk kemajuan diri sendiri tanpa berpikir keberadaan orang lain.

3.  Menjauhkan diri dari obrolan-obrolan yang kurang berguna dengan orang lain terutama yang menggunjing dan mengumpat, karena itu akan mendatangkan sifat panas.  Lebih baik mengisi waktu dengan pekerjaan sendiri yang lebih berguna dan fokus tidak terganggu dengan pikiran yang lain.  Sehingga punya keteguhan hati dalam menentukan langkah dan pemikiran-pemikiran tentang orang lain

4.   Menikmati dan mensyukuri apa yang dimiliki, sehingga tidak menimbulkan keinginan yang bukan-bukan atau yang orang lain miliki.  Dengan demikian hati tetap sejuk, damai, nyaman dengan keadaan diri sendiri.  Apa yang dimiliki itu yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya guna bagi diri sendiri dan keluarga.  Efeknya sangat baik, tidak selalu berpikir tentang hal yang dimiliki orang lain, sehingga pikiran jadi jernih tanpa gangguan.

5.    Menjadikan kelebihan atau kepemilikan orang lain sebagai panutan atau contoh baik yang harus ditiru.  Berusaha belajar dari keberhasilan orang lain, segera tutupi kelemahan yang ada dengan memulai pekerjaan.  Dan tanamkan sikap yakin pada diri sendiri bahwa kita juga bisa mengejar ketinggalan dari orang lain.  Karena apapun yang kita kerjakan pasti ada hasil yang didapat, cuma yang membedakan adalah besar kecilnya.

Demikian kiranya yang bisa saya sampaikan mudah-mudah ada manfaat dan hikmah yang bisa diambil, terima kasih atas kunjungannya.

Minggu, 21 September 2014

Membuang Sifat Bohong (2)

Dalam tulisan yang lalu (bagian 1) disebutkan bahwa berbohong bisa bermacam ragam sesuai dengan tujuannya, seperti bermaksud jahat atau hanya untuk berkelit.  Mari kita sama-sama setiap saat untuk selalu bercermin diri dan mengoreksi apapun yang telah kita ucapkan terhadap orang lain, sehingga tidak akan terus berulang melakukan kesalahan.  Untuk itu ada baiknya bagi anda yang kesulitan dalam membuang sifat-sifat bohong, dusta, menipu dan lain-lain, coba ikuti cara-cara di bawah ini semoga bermanfaat:
1. Ingat bahwa itu salah satu perbuatan munafik, termasuk dosa besar;

Kadang kala banyak orang yang menyepelekan kata-kata bohong dan seenaknya membohongi orang lain yang karena alasan mencari keuntungan sesaat.  Secara tidak sadar itu akan menjerumuskan dia ke lembah dosa yang sudah digariskan Allah dalam Alqur'an.  Masih banyaknya orang berbuat jahat termasuk para pejabat yang korupsi itu adalah salah satunya perbuatan dusta, dengan jalan memanipulasi jabatan, manipulasi data dan berbuat kebohongan di depan orang banyak.  Dikatakan bahwa kebohongan merupakan salah satu bentuk munafik yang diancam dengan hukuman Allah kelak yaitu siksaan yang pedih, ditempatkan di tingkatan paling bawah dari Neraka dan tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka (Q.S. An-Nisa 138 & 145).

2. Pikirkan kembali akibatnya apabila ketahuan bisa dijauhi orang;

Biasanya orang berbuat bohong tidak berpikir jauh ke depan dalam bertindak dan akan merugikan orang lain.  Memang ketika berbicara tidak ada hal yang bisa mencegah dan mengingatkan orang lain sehingga perkataan itu meluncur begitu saja seperti tidak terjadi apa-apa.  Tapi dibalik itu orang yang dibohongi merasa dilecehkan apalagi sampai dirugikan secara materi.  Itu secara tidak langsug bisa dikatakan menipu untuk mencari keuntungan.  Dan kalau sudah ketahuan tabiat seperti itu maka orang akan berusaha menjauhinya.  Cobalah berpikir secara berulang keuntungan dan kerugian berbuat seperti itu, yang pasti akan banyak kerugian didapat baik secara moril maupun secara materil.

3. Yakinkan dengan berbuat jujur sekalipun pahit pati akan dihargai orang;

Kalau orang yang sudah berpikiran bijaksana dan dewasa, pasti akan dengan sangat hati-hati baik dalam bertindak maupun berkata.  Termasuk menjaga supaya tidak berkata bohong, dengan mempunyai keyakinan bahwa sifat-sifat baik, jujur, dapat dipercaya bisa meredam segala perkataan bohong dan perbuatan yang akan mengelabui orang lain.  Dan dengan jujur segala permasalahan pasti akan mudah diselesaikan tanpa menimbulkan masalah lain, tentunya akan menjauhkan dari segala hal yang berkaitan dengan kebohongan.  Itu pasti orang lain akan mengapresiasi anda dengan segala kejujurannya.

4. Lebih baik berterus terang supaya aman, tenang dan tidak menimbulkan efek negatif;

Dalam menyelesaikan suatu masalah pasti akan berpikir bagaimana caranya supaya cepat selesai dan tidak menimbulkan hal yang lain.  Kadang kala ada orang yang mempunyai pikiran tidak baik akan berniat untuk melakukan jalan pintas supaya tidak ribet dan tidak capek.  Itu sudah ada pikiran negatif yang akan merembet ke arah kebohongan. Dan pastinya kalau ketahuan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.  Nah sebaiknya anda mempunyai pemikiran jauh ke depan, bagaimana caranya menyampaikan keterusterangan dengan bijak supaya bisa diterima oleh semua orang, dengan tujuan aman, dapat ketenangan, tidak timbul masalah lain dan semuanya tuntas. 

5. Cepat mengucapkan istighfar dan berbalik pikir;

Kalau kita selalu ingat Allah, maka senantiasa akan diingatkan dari segala hal perbuatan tidak terpuji termasuk bohong kepada sesama.  Dan apabila hal itu terjadi ketika kita akan melakukan kecurangan maka akan dengan reflek mengucapkan istighfar kepada Allah, itu cara yang paling ampuh untuk meredam segala perbuatan keji. Dengan demikian maka akan cepat tersadar dan berbalik pikir bahwa itu perbuatan yang akan merugikan bagi orang lain maupun diri kita sendiri.  Dan tentunya kita harus selau berdoa untuk tidak terpancing ke dalam perbuatan-perbuatan tercela yang diantaranya membohongi, mengelabui, menipu, dan yang lainnya, serta dengan sering mengucapkan istighfar kita akan dapat maghfiroh dari Allah Swt., amiin ya robbal alamiin.

Itulah sedikit trik cara membuang sifat-sifat bohong, mudah-mudahan bagi para pengunjung bisa mengambil hikmah dan semoga bermanfaat, wassalam

  

Sabtu, 20 September 2014

Membuang Sifat Bohong (1)


Setiap orang pasti pernah berkata bohong baik itu karena ada tujuan tertentu atau memang sudah menjadi karakter.  Berkata bohong bukan saja ketika sedang ngobrol atau ditanya orang lain, tapi melainkan ketika di depan forum orang banyak pun seseorang bisa melakukan bohong.  Memang beragam maksud orang melakukan hal itu, tapi apapun tujuan dari kata bohong itu adalah dosa dan termasuk orang yang munafik, kecuali berbohong kepada suami/istri dengan tujuan supaya membuat enak hati, atau berbohong ketika sedang mendamaikan orang sedang bertengkar/berselisih, itu termasuk berbuat bohong yang tidak menimbulkan dosa.

Apabila ditelaah berbuat bohong itu ada beberapa jenis menurut maksudnya:

1. berbohong karena terpaksa
2. berbohong untuk berkelit
3. berbohong karena tidak mau disalahkan
4. berbohong karena malu
5. berbohong untuk menipu/berbuat jahat
6. berbohong di depan orang banyak/kebohongan publik
7. berbohong karena kebiasaan dan sudah menjadi karakter

Semua poin diatas merupakan ragam dari banyaknya cara orang berbohong untuk menutupi kelemahan dirinya atau mencari keuntungan dari orang lain.  Namun demikian, orang yang berbohong tidak berpikir ekses negatif pada dirinya kalau ketahuan bahwa dia tukang bohong.  Dengan pastinya orang-orang sekitar akan tidak mempercayainya dalam segala hal tindak-tanduk kesehariannya.  Ini akan merugikan bagi orang yang suka berbohong meskipun hal yang remeh sekalipun.  Dan pada akhirnya setali tiga uang, satu paket dengan jiwa munafik yang lainnya, jadi orang tidak akan bisa mempercayainya lagi karena takut dikhianati dan tidak percaya janji-janjinya karena tidak akan ditepati.

Nah efek negatif tersebut tidak terpikirkan oleh orang tukang bual itu, sehingga pada akhirnya pergaulannya dikucilkan.  Berbeda lagi dengan orang yang berbohong kalau cuma ada kepentingan saja.  Itu memang tidak menjadikan sebagai karakter pembohong pada dirinya, tapi dari perbuatannya kalau ketahuan akan sangat merugikan karena ketika dia akan bermaksud baik pada orang lain, mereka jadi menyangsikan dan skeptis.  Semua tidak ada untungnya dari perbuatan berbohong apapun maksud dan tujuannya.

Bagi anda yang masih suka berbuat bohong coba dipikir ulang lagi, apakah memang banyak keuntungan atau malah merugikan diri sendiri?  Masing-masing orang memang mempunyai cara tersendiri untuk mengoreksi dirinya dan memperbaiki tingkah lakunya.


Minggu, 24 Agustus 2014

Mengusir Rasa Malas (2)


Pada bagian lalu (bagian 1) bahwasanya sifat malas diakibatkan kebiasaan yang terus menerus secara berulang dan berpengaruh pada pikiran hingga menganggap remeh sesuatu pekerjaan tertentu.  Bahkan yang sudah punya rencana matangpun bisa kacau dengan datangnya malas yang sangat mengganggu. Berikut ini saya mencoba memberi tips untuk  mengusir rasa malas buat anda mudah-mudahan cocok dan bisa diikuti:

      1.       Tanamkan hati yang tulus dan ikhlas
Dalam aspek bekerja memang suka ada unsur yang membuat tidak mau mengerjakan sesuatu, disebabkan ada suatu hal yang tidak suka.  Misalnya boss anda menyuruh membuat suatu laporan tentang perkembangan perusahaan.  Boss sama sekali tidak mengerti kesulitan apa yang terjadi di lapangan, meskipun sudah dikasih tahu tapi tetap tidak mau tahu, inginnnya pekerjaan itu beres dan dapat dipertanggungjawabkan.  Itu akan membuat kita tidak suka dan malas mengerjakannya yang akhirnya kerja sambil dongkol dan tidak konsentrasi.  Nah ubahlah perasaan itu dengan berusaha ikhlas, niatkan bahwa mengerjakan itu adalah untuk mencari nafkah keluarga, yakinkan bahwa bekerja dengan penuh keikhlasan adalah amal ibadah, jadi disamping mendapatkan gaji, juga mendapatkan pahla dari Allah Swt, amiin.
2.       Paksakan untuk memulai bekerja
Ketika mau memulai sesuatu pekerjaan ada rasa enggan dan tidak mau mengerjakan, itu biasanya karena ada hal lain yang lebih mengasyikan daripada mengerjakan pekerjaan yang dihadapi.  Dengan asumsi pekerjaan itu bisa dikerjakan kemudian, tapi ternyata jadi terbengkalai dan sama sekali tidak dikerjakan.  Atau terlalu lama berleha-leha yang pada akhirnya menganggap pekerjaan itu jadi tidak penting sehingga dipandang sebelah mata.  Untuk menyiasatinya, ketika ingat pekerjaan itu teguhkanlah di hati paksakan untuk langsung segera memulai pekerjaan itu dan tidak dinantikan lagi.  Biasanya kalau sudah memulai, tidak ada hal yang terasa sulit mengerjakannya berarti semua hanya godaan yang sangat kuat dalam pikiran.  Untuk selanjutnya yakinkan di hati bahwa pekerjaan itu akan selesai.
3.       Jangan menunda-nunda waktu
Biasanya enggan memulai pekerjaan karena ada hal yang mengganjal perasaan atau menunggu sesuatu yang sedang dijalani, misalnya sedang asyik nonton televise tanggung sampai selesai acara yang akhirnya jadi terlupakan dan tidak jadi dikerjakan.  Atau merasa bahwa tenggang waktu pekerjaan itu masih lama sehingga di dalam benak merasa bahwa itu masih bisa ditunda.  Itu memang hal yang sepele tapi kalau kejadian itu terus-terusan berulang maka akan jadi kebiasaan dan sulit dihilangkan.  Hal yang begini bisa dikatakan menyepelekan situasi karena begitu berharganya waktu, padahal pekerjaan itu lebih penting dari nonton televise.  Dan bahkan pekerjaan itu baru akan dikerjakan ketika waktunya sudah mepet, akhirnya dikebut dan tanpa dikontrol lebih teliti sehingga banyak hal yang perlu diperbaiki lagi.  Sebaiknya ketika sudah ada rencana untuk pekerjaan itu, langsung saja dimulai tidak usah menunggu-nunggu waktu lebih lama lagi.  Usir pikiran untuk menunda-nunda, sehingga lamanya waktu pekerjaan lebih luang dan kalau ada kesalahan masih ada kelonggaran untuk memperbaikinya.
4.       Mulailah dengan hal yang paling mudah
Apabila apa yang mau dikerjakan itu dikira sukar, maka harus dibuat skala prioritas untuk memulai pekerjaan itu.  Maksudnya biar tertib dan teratur serta membantu mempercepat penyelesaiannya.   Biasanya kalau rencana pekerjaan itu banyak dan agak sulit maka kadangkala enggan memulainya sehingga waktu menjadi terbuang.  Padahal sebenarnya itu hanya terbawa perasaan saja, banyak dan sulit itu relatif tergantung bagaimana mau memulainya.  Kalau telaten dan dengan hati lapang maka pekerjaan itu akan terasa ringan dan menyenangkan.  Caranya dahulukan dulu pekerjaan yang dirasa relatif mudah dan bisa cepat dikerjakan, kemudian setelah selesai secara beruntun kerjakan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih sukar supaya tingkatan pengerjaannya meningkat dari yang kecil ke yang lebih besar.  Ini tujuannya untuk mudah mengoreksi apabila ada kesalahan, karena yang lebih dahulu dikerjakan lebih mudah dan sedikit.
5.       Berusahalah untuk tidak menyerahkan pekerjaan kepada orang lain
Ketika pekerjaan sudah mentok dan tidak bisa dikerjakan lagi maka semuanya pasti akan dibiarkan begitu saja atau menyuruh orang lain untuk mengerjakannya.  Ada baiknya sebelum menyerahkan kepada orang lain harusnya dipikirkan lagi, apabila pekerjaan itu sifatnya bukan pribadi atau ada hal yang rahasia, boleh-boleh saja tapi kalau menyangkut pekerjaan di kantor, dan berhubungan dengan diri pribadi maka janganlah coba-coba untuk menyuruh orang lain yang mengerjakannya.  Kalau cuma disuruh membantu sedikit-sedikit dan bukan hal yang utama tidak masalah.  Dan juga hal ini akan membiasakan diri kita untuk tidak malas, sehingga mau berusaha untuk terus mencoba dan mencoba lagi sampai bisa, maka hasilnya akan melegakan dan membanggakan.
Nah bagi anda yang suka kedatangan sifat malas silakan coba tips di atas semoga bisa dan berhasil.

Senin, 18 Agustus 2014

Mengusir Rasa Malas (1)


Kenapa orang mempunyai sifat malas?  Dalam paparan terdahulu (artikel:  merenung sejenak) disebutkan bahwa sifat malas dan masa bodoh merupakan salah satu penyakit hati yang susah dihilangkan bisa saling berkaitan dan berpengaruh dengan sifat-sifat buruk lainnya.  Itu harus diketahui dulu apa sumber penyebabnya supaya mudah ditelusuri untuk kemudian ditangkal sedikit demi sedikit.  Memang harus secara detail apabia mau serius menuntaskan segala hal negatif yang melekat pada diri dan dirasa mengganggu sehari-hari, dan sifat-sifat itu akan mengakibatkan hal-hal seperti berikut:

  1. Rencana pekerjaan jadi terhambat,
  2. Pikiran jadi tambah ruwet,
  3. Mata hati jadi tertutup,
  4. Tidak punya kemauan dan keinginan maju,
  5. Hilangnya kreativitas menjadikan pemikiran buntu,
  6. Ingin dilayani dan diberi,
  7. Tidak bisa menerima pandapat orang lain dan sebagainya.
Dalam kaitan ini pada dasarnya manusia mempunyai sifat-sifat bawaan yang ada pada diri seseorang, itu memang susah sekali dihilangkan apabila tidak ada kemauan yang serius merubah sedikit demi sedikit.  Sifat dasar itu akan terbawa sampai tua dan menjadi karakter khas yang melekat.  Sebenarnya itu dari kebiasaan semasa kecil yang terjadi pembiaran atau tidak ada yang mengingatkan.  Kadang orang tua merasa itu bukan suatu hal penting, padahal dari kebiasaan dimanja dan segala hal kebutuhan dirinya yang dilayani secara sepenuhnya.

Diluar masalah semua itu ada baiknya mengungkap dulu penyebab-penyebab yang berkaitan langsung dengan sifat malas dan masa bodoh.  Sebenarnya malas itu adalah keengganan berlebihan yang diakibatkan karena pengaruh pada pikiran yang menganggap remeh sesuatu tertentu.  Tapi pada umumnya orang punya dalih atau alasan yang menjadikan sifat tersebut muncul sebagai berikut:

  1. Apa yang dibutuhkan sehari-hari sudah ada dan tersedia,
  2. Sudah ada orang lain yang menangani,
  3. Tidak bisa mengerjakan tapi tidak mau mencoba,
  4. Sedang ada yang dipikirkan karena mempunyai masalah,
  5. Sakit fisik yang menggangu pikiran,
  6. Tidak mau cape hingga banyak alibi yang tidak logis dan sebagainya.
Dari poin-poin di atas bisa diambil kesimpulan bahwa kebiasaan-kebiasaan atau kondisi yang memungkinkan menjadi malas dan masa bodoh itu karena tidak mau mengorbankan sedikitpun baik itu waktu, tenaga maupun pikiran dalam situasi  tertentu.  Inginnya berleha-leha dan mencari kesenangan semu yang tidak berguna, dalam arti bahwa pemikiran seperti itu tidak menatap jauh kedepan dan hanya berpikiran sesaat.